Oleh; Yazid Bustomi
Makna Maulid Nabi yang dalam dunia kita
terus diperingati setiap tanggal kelahiran beliau (setiap tanggal 12 Rabiul Awwal) bukan lagi sebuah
kesemarakan seremonialbelaka,
tapi sebuah momen spiritual untuk mentahbiskan beliau sebagai figur tunggal
yang mengisi pikiran, hati dan pandangan hidup kita.
Dalam maulid kita
tidak sedang membikin sebuah upacara, tapi perenungan dan pengisian batin agar
tokoh sejarah tidak menjadi fiktif dalam diri kita, tapi betul-betul secara
kongkrit tertanam, mengakar, menggerakkan detak-detak jantung dan aliran darah
ini.
Arti Maulid Nabi Kata Maulidd berasal dari bahasa Arab yang beratrti lahir, peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw merupakan suatu tradisi yang berkembang setelah Nabi SAW wafat, dengan di peringatinya Maulid Nabi Saw ini yang merupakan suatu wujud ungkapan rasa syukur dan kegembiraan serta penghormatan kepada sang utusan Allah karena berkat jasa beliau ajaran agama islam sampai kepada kita
Selain sebagai ekspresi rasa syukur atas kelahiran Rasulullah SAW.,
substansi dari peringatan Maulid Nabi adalah mengukuhkan komitmen loyalistas
pada beliau. Setidaknya, ini terwujud dengan beberapa hikmah,
Hikmah Perayaan Maulid Nabi
Hikmah Perayaan Maulid Nabi
1. Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang
untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam
sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).
2. Peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan
kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan
manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab,
paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam
Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita. Dan karena
kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari
Senin tiba).
Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira
atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka
jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati karena kegembiraannya
atas kelahiran sang Nabi, apalagianugerah
Allah bagi umatnya yang beriman dan bertakwa.
3. Meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Bagi seorang mukmin, kecintaan terhadap Rasulullah SAW. adalah sebuah
keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini
harus berada di atas segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan isteri,
kecintaan terhadap harta, kedudukannya, bahkan kecintaannya terhadap dirinya
sendiri. Rasulullah bersabda,
“Tidaklah
sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada
orangtua dan anaknya. (HR. Bukhari).”
4. Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah
SAW. dalam setiap gerak kehidupan kita. Allah SWT. bersabda :
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)”
Kita tanamkan keteladanan Rasul ini dalam keseharian kita,
mulai hal terkecil, hingga paling besar, mulai kehidupan duniawi, hingga urusan
akhirat. Tanamkan pula keteladanan terhadap Rasul ini pada putra-putri kita,
melalui kisah-kisah sebelum tidur misalnya. Sehingga mereka tidak menjadi
pemuja dan pengidola figur publik berakhlak rusak yang mereka tonton melalui
acara televisi.
5. Melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah,
dan juga para Nabi. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul
meninggalkan pesan pada umat yang amat dicintainya ini. Beliau bersabda :
“Aku tinggalkan pada kalian dua hal, kalian tidak akan
tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya sallallahu alaihi wa
sallam” (HR. Malik)
Fadilah Perayaan
Maulid Nabi
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi
menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw, dengan cara
mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan ayat-ayat al-Quran dan diterangkan
(diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi sejak kelahiran hingga
wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan lainnya adalah
merupakan perbuatan Bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), dan akan mendapatkan
pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab terdapat
rincian beberapa ibadah yang dituntut oleh stara’ serta sebagai wujud
kegembiraan, kecintaan atau mahabbah kapada Rosullullah saw.
Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw :
مَنْ أَحَبَّنِى كَانَ مَعِيْ فِي الْجَنـَّةِ
“Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada saya
maka akan berkumpul bersama dengan saya masuk surga”.
Dalam sebuah hadits dikatakan :
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِىْ كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَـوْمَ الْقِيَا
مَةِ. وَمَنْ أَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَ نَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً
مِنْ ذَ هَبٍ فِى سَبِيْلِ اللهِ
“Barang siapa yang memulyakan / memperingati hari
kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan barang
siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan
diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah.
Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata :
مَنْ أَنْفَقَ دِرْ هَماً فِى مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَفِيْقِيْ فِى الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk
memperingati kelahiran Nabi Saw : akan menjadi temanku masuk surga”.
Sahabat Umar Bin Khoththob berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَدْ أَحْيَا اْلإِسْلاَمَ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi
Saw, berarti telah menghidupkan Islam”.
Sahabat Ali Bin Abi Tholib berkata :
مَنْ عَظَّمَ مَوْ لِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لاَ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْياَ اِلاَّ بِاْلإِ يْمَانِ
“Barang siapa yang memuliakan / memperingati kelahiran Nabi
Saw, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman”.
Melihat besarnya pahala tersebut
maka banyaklah kaum muslimn muslimat yang selalu melahirkan rasa cintanya
kepada Nabi dan mengagungkan hari kelahiran Nabi dengan cara-cara yang terpuji
seperti pada tiap-tiap malam Senin atau malam Jum’at mengadakan jama’ah membaca
kitab Al- Barzanji, sholawat maulud, dan ada pula yang menyediakan tabungan
yang berwujud uang hasil tanaman atau sebagian gajinya untuk kepentingan
memperingati kelahiran Nabi Saw.
Red Buletin Tauiyah Pondok Pesantren Sidogiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar